Wednesday 2 April 2014

Pesan-pesan dari Anak Desa 2

Belajar Senyum dari Sumur Beo

"Tuk tuk tuk" suara terdengar dari balik pintuk rumah kontrakanku, aku bisa menebak, siapa orang yang mengetuk pintu itu. Benar saja mereka adalah teman-temanku yakni si Bogel, Cimplong, Kadut dan Boim. Mereka itulah para Dosenku di Universitas Kehidupan. Mereka berencana mengajakku ke hutan untuk mencari kayu, mengunjungi rumah Kadut dan menikmati keindahan alam yang diciptakan oleh sang pencipta.

"Kita berangkat sekarang?" Sapa aku kepada mereka, " iya mumpung masih pagi" balas mereka. Jujur saja ini membuatku dilema pada pilihan berat, karena ini kan hari minggu, banyak fil kartun yang sudah aku tunggu-tunggu. Tetapi disamping itu, aku ingin ikut berpetualangan bersama mereka, mencari dan memahami pesan-pesan yang tersirat dari alam. Dan akhirnya aku putuskan untuk ikut bersama mereka, "Tunggu sebentar ya, mau ganti pakaian dulu" tanpa menunggu jawaban, aku bergegas kedalam rumah untuk berganti. Setelah selesai aku bertanya lagi, "Eh kita bawa bekel enggak?" Lalu di jawab oleh si Bogel "Gak usah, nanti di jalan banyak makanan".

Sebelum berangkat aku memperhatikan penampilan mereka, seperti biasa Boim selalu membawa ketapel sakti miliknya yang dikalungkan di leher, mereka semua sederhana, jangankan membawa uang, membawa sendalpun tidak. Singkatnya kami berangkat tidak membawa apa-apa, tidak beralaskan sendal dan hanya pakaian yang melekat di badan lalu do'a serta restu orang tua.

Di jalan kami membentuk formasi, Kadut dan Bogel memimpin di depan sebagai pemandunya dan aku berada di tengah karena takut tersesat. Matahari semakin tinggi, cuaca menjadi sangat terik, aku pun merasa haus karenanya. Ku katakan pada mereka bagaimana bila kita istirahat sebentar, aku mulai lelah. "Nanti saja di depan, kita istirahat di sumur Beo" jawab Tacim, "ya di sumur Beo saja" sahut Boim membenarkannya.
Huhh, aku yang pindahan dari kota dan ini pertama kalinya aku berpetualang jauh merasa, perjalanan ini jauh sekali, kapan nyampenya sih, kaki udal pegal-pegal, betis udah kenceng dan kram, apalagi tidak memakai sendal saikt menginjak batu dan juga panas.

Ahh, sabar memang indah, akhirnya kita semua nyampe di sumur Beo, dan akulah yang paling bahagia, sangat bahagia! diantara mereka. Aku kaget menyaksikan si Bogel membasahi kepala lalu meminum air dari sumur Beo itu, diminumnya dengan cepat dan begitulah teman-temanku mengikutinya. "Zis ini minum airnya" ya mereka memanggilku. Aku mematung cukup lama, memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Pikirku "Gila ya mereka, main minum aja ini air sumur, kita kan gak tahu, air ini bersih apa enggak, aman apa enggak, air ini kan mentah, gimana nanti kalo sakit perut?"

Lalu si Kadutlah yang menyakinkanku, katanya, tenang aja ini air bersih kok, asli dari mata air pegunungan, banyak orang dari hutan mengambil air ini buat masak dan minum. Air disini juga konon gak pernah kering. Kenapa dinamakan sumur Beo ? Karena kata orang tua zaman dulu, yang membuatnya adalah Ki Beo, makanya dinamakan sumur Beo.

Hmm, si Kadut ini paling jago bila merayuku. Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang akhirnya ku minum juga, sambil berharap tidak terjadi apa-apa nantinya sama perut kecilku.

"Gluguk, gluguk, gluguk" seperti itu bunyinya air yang ku minum. Hey! Tahukan rasa dari air itu ? Rasanya aneh, hambar, bau tanah, pokoknya banyak rasa. Ingin sekali aku marahi mereka, yang telah berbohong kepadaku, tadi aku lihat, mereka meminum air itu dengan senangnya tanpa merasa apa-apa, tetapi berbeda denganku, air itu rasanya aneh! Huh, aku tak bisa memarahi mereka, karena mereka semua tersenyum padaku, senyum yang tulus, amat tulus!. Hingga sekarang aku rindu senyuman itu, senyuman tulus dari seorang teman. Akhirnya kita istirahat disini, memulihkan tenaga sambil bertukar senyuman.

Pelajaran yang bisa aku petik adalah betapa berharganya nilai sebuah senyuman, meredamkan yang marah, mencairkan suasana dan membuat orang menjadi tenang yang melihatnya. Senyum paling mahal yang pernah aku rasakan.

***Bersambung***

No comments:

Post a Comment