Pada
sore hari, tepatnya sabtu sore aku berencana pergi ke toko buku, untuk mencari buku
bestseller karya seorang Pidi Baiq
yang berjudul DILAN, sudah beberapa bulan aku menunggu buku tersebut, atau aku
pernah membaca sebuah buku miliknya yang kurang lebih 300 halaman dalam tempo
kurang dari 24 jam. Sore ini aku
berangkat ke toko buku tanpa ditemani seorang teman, hanya motor dan jaket
usang milikku.
“Assalamu’alaikum
mbak sudah lama disini? Mbak pasti menunggu saya, karena saya mau membeli buku
disini hehe, oh iya mbak yang satu lagi mana, itu loh yang suka senyum?” Aku
menghampiri pramuniaga toko yang sedang berdiri di tempat strategis, tepatnya
di depan pintu masuk toko itu
Dan
pramuniga toko buku itu hanya tersenyum
sambil mengisyaratkan tangannya agar aku lekas pergi mencari buku yang hendak
di beli, mungkin malu atau entahlah, pramuniaga wanita itu pipinya memerah dan
akhirnya senyum kembali tersungging dari bibirnya.
“Loh
mbak, aku ini manusia yang punya hati
juga perasaan, kenapa tidak membalas sapaanku? ah mbaknya sombong, apakah orang
cantik harus sombong ya mbak, hehe
mangga atuh teh (mari mbak).”
“Hehe
mangga kang (silahkan mas).” jawabnya
“
Eeh kirain aku bicara sama boneka, gitu
dong di jawab kan jadi nambah cantik, keliatan juga enggak sombongnya hehe iya, nanti aku beliin mangga deh .” Aku pergi
tanpa menunggu jawaban dari pramuniaga tersebut, ada beberapa langkah aku
menengok kembali kepadanya, aku liat dia hanya mematung sambil tersenyum,
begitu juga dengan pipinya yang merah merona
Kumpulan
buku yangbestseller memang berbeda
dengan buku biasa, buku-buku itu dkumpulkan pada tempat khusus, memudahkan pengunjung yang mencarinya, jadi bisa
berhemat waktu, hanya lima menit aku mencari buku DILAN kemudian tanpa
berlama-lamau langsung bergegas ke kasir.
“Ini
aja mas bukunya ?” kata pramuniaga yang menjaga kasir
“Iya
mbak, kalau banyak takut di sangka jualan, itu mbak yang di sana suka mangga
ya? Tadi bilang ke saya begitu.” jawabku
“Siapa
? ohh teh Ratih, setahu aku dia kurang suka mangga, alergi gitu kalau makan
mangga, dia sukanya jeruk.”
“Jadi
namanya Ratih, kirain Ruminten, tapi
bener dia bilang mangga kok, pasti dia juga suka uang ya? Mbak juga suka kan ?
hehe”
“Bisa
aja mas ini hehe.”
“Ya
bisa atuh mbak, jangankan uang, harta tahta dan kehormatan bisa diberikan, bila
memang sudah cinta, karena cinta seseorang menjadi budak yang dicintainya itu,
mangga atuh teh.”
“Mangga
mas.”
“Suka
mangga juga ya mbak ? Assalamu’alaikum.”
Setelah
mengambil struk pembayaran aku kembali datang kepada teh Ratih, pramuniaga toko
buku kita yang selalu senyum jika ada pengunjung masuk.
“Sudah
kang?” sapanya
“Iya
sudah di bayar, katanya selain suka mangga suka jeruk juga ya? Hehe duluan ya, mangga atuh teh.”
“Iya
mangga.”
“Bukan
, teh Ratih sukanya jeruk juga.”
Kemudian
aku menghilang secepatnya, karena tak sabar untuk membaca buku yang sudah di
beli, ya hari ini adalah menyenangkan, karena mendapat teman baru namanya teh
Ratih.
***