Saturday 19 April 2014

Kambing Jatuh Cinta




“kenapa kau ingin bunuh diri?” tanya aku kepada Bangkong
“karena aku cudah bocan dituduh, mereka menganggapku celalu calah”. Kata Bankokng, maklum saja, Bangkong ini cadel.
“memang kau sudah siap dan yakin masuk sorga?”
“aku ciap, tetapi belum yakin macuk corga, daripada pucing, lebih baik bunuh diri caja”. Jawab Bangkong sambil meminum wedang jahe.
“percayalah itu hanya sesaat saja, bersabarlah kawan, bunuh diri itu dosa besar, semakin besar ujian, semakin besar juga pujian.”
“och, lantas apa yang seharusnya aku lakukan?”
“Tetap tenang, Cuma itu caranya agar tetap tenang, berbahagialah menurut selera masing – masing”. Sahutku sambil beranjak pergi, mungkin aku sudah kebelet.
Bangkong lalu termenung, seakan – akan sedang memikirkan kata – kata yang terakhir, lalu dia memperhatikan sekelilingnya, dia melihat kambing yang berjenggot, kambing itu adalah milik bapak Ucan.
“Kambing, apa tujuanmu hidup ?” kata Bangkong pada kambing
“Mbeeee”. Di jawab singkat oleh kambing
“pernahkah kamu cedih atau kesewa?”
“Mbeeee”. Sambil mengunyah sukro, kambing itu menjawab
“Aku mensintaimu Kambing”
“Aku juga, Mbeeee”. Kambing bapak Ucan ini, memang sedikit bisa bahasa Indonesia, mungkin diajarkan oleh bapak Ucan yang juga guru Bahasa Indonesia
Bangkong lalu tertawa lepas, setelah mendengar jawaban dari si Kambing, memang si Bangkong ini ganteng, bahkan Kambing  juga bisa suka kepadanya.
Aku pun datang dari arah Kulon (Utara), menawarkan kue Gemblong, aku curiga, apa yang dibuat Kambing kepada Bangkong, sekarang kulihat wajah manisnya. Dan dari arah Wetan (Selatan) bapak Ucan datang membawa tali tambang, apakah dia akan  bunuh diri ? bukan, itu adalah tambang untuk mengikat kambingnya, memang beliau sangat kreatif menamai semua kambingnya, contohnya yang ada di depan kami, dia menamai Merychippus.
“Pak kambingnya akan di bawa kemana ?” sapa Bangkong
“Mau di bawa untuk dijodohkan dengan kambing pak Lurah”. Jawab pak Ucan
“kenapa kamu sedih begitu ?” tanya Pak Ucan
“ini pak, si Bangkong katanya suka sama kambing bapak, dia ingin menikah tetapi terus –terusan kecewa, ada tekanan dari pihak keluarga juga”. Potong aku
“ohh, benarkah?” masih tak percaya, mendengar pernyataan dariku
“Benar!” dengan lantang aku menjawab
“Bangkong, aku mengenalmu sebagai anak yang baik juga bertanggung jawab, aku percaya kepadamu, bagaimana bila aku jodohkan dengan anakku  Valensia?”
Bangkong, hanya tertunduk malu, pria mana yang tidak suka dengan valensia, sudah sholehah, pintar, rajin menabung, baik hati serta tidak sombong, ahh bila aku jadi dia, pasti aku tidak akan menolaknya.
 Dimana ada kesulitan disana ada kemudahan, apakah sudah berhenti sampai disitu ? belum, ternyata baru satu malam kambing pak Ucan dijodohkan, dia malah kembali ke rumah ku dan menyatakan cintanya pada Bangkong, ya merychippus ini, dia bilang suka kepada Bangkong.
Esoknya aku datang ke rumah bapak Ucan, dan mengatakan apa yang Merychippus katakan, selain mendapat anaknya bapak Ucan, kini ia juga mendapat si Merychippus, itulah balasan bagi orang- orang yang sabar.
***


No comments:

Post a Comment