kulihat
capung sedang bersama kupu - kupu, dikiranya kupu - kupu itu adalah kekasihnya dulu,
kemudian capung menghampiri kupu – kupu yang sedang berteduh pada daun.
“kamu
sendirian, bolehkah aku menemani ?”.
“Terserah,
itu bukan urusanku, aku tak mengenalmu”. Jawab Kupu –kupu
“ini
aku bawa makanan, jagung bakar kesukaanmu, mari makan, sambil menunggu hujan
reda”. Kata Capung sambil membagi dua jagung bakarnya
“aku
sudah kenyang, sudahlah jangan banyak tanya, sudah kukatakan, aku tidak
mengenalmu”. Balas Kupu – kupu yang
merasa heran, kenapa si Capung bisa tahu makanan kesukaannya, padahal mereka
sebelumnya belum pernah kenal.
“Baiklah,
good bye, jaga diri baik – baik “. Sambil merentangkan sayapnya, Capung pamit,
dia menerobos jalan padahal saat itu hujan, lalu ia pun pergi dengan perasaan
kecewa.
Disamping
itu Kupu – kupu masih merasa heran, ada
orang yang tak dikenalnya mengetahui makanan kesukaannya, ada perasaan bersalah
yang menghampirinya, karena sudah bersikap sombong terhadap si Capung.
Di
tengah hujan, sayap Capung yang terkena air menyebabkan ia tidak bisa terbang
tinggi dan memutuskan berhenti sebentar dekat lampu merah, ternyata dari arah belakang , ia melihat seekor Ulat bulu,
dilihat dari pakaiannya, sepertinya ia satu sekolah dengan Kupu – kupu.
“ulat,
apakah engkau bersekolah di Universitas Lubang Semut (ULS) ?”. tanya Capung
“iyaa,
ada yang bisa saya bantu?”. Ulat bulu balik tanya, ia jauh berbeda dengan Kupu
– kupu, meski sama-sama belum saling kenal, tetapi jawaban dari Ulat bulu
lebih ramah, dan langsung menawarkan
bantuan.
“Kenalkah
engkau dengan si Kupu – kupu yang berpipi merah, dia juga bersekolah di ULS ?”.
“oh
ya ? siapa namanya ? dan kelas mana ?”. Ulat bulu baik menanyai
“ya,
namanya Filokali Numeri Hepatica, dia kelas 12 E “. Jawab Capung, Sambil
mengeluarkan jagung bakar yang tadi sempat di tolak oleh Kupu – kupu.
“ya
ya ya, aku kenal dia, tetapi aku tidak bisa memberikannya sekarang, mungkin
besok, aku baru bisa memberikan kepada dia”. Lalu si Ulat mengambil bingkisan
yang diberikan oleh Capung.
“terima
kasih ya”.
“ya
sama- sama”.
Capung
pun pulang dengan perasaan sedikit
terobati, harapannya untuk memberikan jagung bakar sudah mulai menjadi
kenyataan.
Setelah
itu, Capung sibuk memperbaiki diri, hari berganti hari, Capung tidak tahu,
apakah jagung bakarnya sudah diterima atau belum, yang jelas ia hanya berharap,
jagung bakarnya akan diterima. Jauh didalam hati, Capung begitu jatuh hati pada
si Kupu – kupu, tetapi karena sikap dari si Kupu –kupu, capung memutuskan untuk
berserah diri saja, menjadi yang baik untuk yang baik.
***
Bersambung ***
No comments:
Post a Comment