Saturday 19 April 2014

Perjuangan si Capung (1)



kulihat capung  sedang bersama  kupu - kupu, dikiranya  kupu - kupu itu adalah kekasihnya dulu, kemudian capung menghampiri kupu – kupu yang sedang berteduh pada daun.
“kamu sendirian, bolehkah aku menemani ?”.
“Terserah, itu bukan urusanku, aku tak mengenalmu”. Jawab Kupu –kupu
“ini aku bawa makanan, jagung bakar kesukaanmu, mari makan, sambil menunggu hujan reda”. Kata Capung sambil membagi dua jagung bakarnya
“aku sudah kenyang, sudahlah jangan banyak tanya, sudah kukatakan, aku tidak mengenalmu”.  Balas Kupu – kupu yang merasa heran, kenapa si Capung bisa tahu makanan kesukaannya, padahal mereka sebelumnya belum pernah kenal.
“Baiklah, good bye, jaga diri baik – baik “. Sambil merentangkan sayapnya, Capung pamit, dia menerobos jalan padahal saat itu  hujan, lalu ia pun pergi dengan perasaan kecewa.
Disamping itu Kupu – kupu  masih merasa heran, ada orang yang tak dikenalnya mengetahui makanan kesukaannya, ada perasaan bersalah yang menghampirinya, karena sudah bersikap sombong terhadap si Capung.
Di tengah hujan, sayap Capung yang terkena air menyebabkan ia tidak bisa terbang tinggi dan memutuskan berhenti sebentar dekat lampu merah, ternyata dari  arah belakang , ia melihat seekor Ulat bulu, dilihat dari pakaiannya, sepertinya ia satu sekolah dengan Kupu – kupu.
“ulat, apakah engkau bersekolah di Universitas Lubang Semut (ULS) ?”. tanya Capung
“iyaa, ada yang bisa saya bantu?”. Ulat bulu balik tanya, ia jauh berbeda dengan Kupu – kupu, meski sama-sama belum saling kenal, tetapi jawaban dari Ulat bulu lebih  ramah, dan langsung menawarkan bantuan.
“Kenalkah engkau dengan si Kupu – kupu yang berpipi merah, dia juga bersekolah di ULS ?”.
“oh ya ? siapa namanya ? dan kelas mana ?”. Ulat bulu baik menanyai
“ya, namanya Filokali Numeri Hepatica, dia kelas 12 E “. Jawab Capung, Sambil mengeluarkan jagung bakar yang tadi sempat di tolak oleh Kupu – kupu.
“ya ya ya, aku kenal dia, tetapi aku tidak bisa memberikannya sekarang, mungkin besok, aku baru bisa memberikan kepada dia”. Lalu si Ulat mengambil bingkisan yang diberikan oleh Capung.
“terima kasih ya”.
“ya sama- sama”.
Capung pun pulang dengan perasaan  sedikit terobati, harapannya untuk memberikan jagung bakar sudah mulai menjadi kenyataan.
Setelah itu, Capung sibuk memperbaiki diri, hari berganti hari, Capung tidak tahu, apakah jagung bakarnya sudah diterima atau belum, yang jelas ia hanya berharap, jagung bakarnya akan diterima. Jauh didalam hati, Capung begitu jatuh hati pada si Kupu – kupu, tetapi karena sikap dari si Kupu –kupu, capung memutuskan untuk berserah diri saja, menjadi yang baik untuk yang baik.
*** Bersambung ***

No comments:

Post a Comment