Friday 25 April 2014

Ku temukan Sorga setelah Hujan



Dudung terlihat sedang melamun, karena dia  hendak ke istana negara guna membayar tagihan air,  selepas hujan ia  akan langsung ke sana.  Sambil menunggu hujan, ia menyanyi dengan bahasa sanskerta, bersama keponakannya yang bernama Nyai Blorong, mereka begitu harmoni sehingga mirip dengan Rita dan bang Haji.
“Bang, kapan hujan ini reda ? “
“Hujan akan reda, bila sudah tidak menjatuhkan  air”.  Kata Dudung
“Kenapa Hujan ini air ? “. Tanya Nyai Blorong
“Karena kalau bukan air, itu bukan hujan”. Balas Dudung
“Hujan itu akibat apa ?”
“Akibat hubungan baik, antara  air dengan awan”. Jawab Dudung
Tanpa mereka sadari, mereka sudah menunggu  hujan reda 17 tahun lamanya,  lalu sampai  akhirnya tahun ke-18 hujan itupun reda. Nyai Blorong segera berlari untuk bermain bersama temannya yaitu Ratu Padi, sementara itu, Dudung segera bersiap berganti pakaian, dia sangat suka menggunakan singlet dan kolor , tetapi untuk kali ini , dia  akan memakai baju Batik saja, katanya dengan memakai Batik, itu akan menambah kepercayaan dirinya.
Dari arah barat, muncul temannya si manusia gitar dengan bau aroma minyak spalding, lalu mereka berdo’a bersama , kemudian Dudung mencium tangan ibunya, baru satu langkah keluar dari rumah, rupanya hujan turun lagi, sehingga Dudung kembali masuk ke rumah, tetapi itu tidak mengurungkan niatnya untuk pergi ke istana langit.
Di sela-sela hujan, ia membuat sajak tentang Ibu yang terinpirasi dari pelangi.

Ibu, engkaukah Bidadari itu ?

sore ini di buat oleh pelangi kembar, nenek bilang bidadari sedang mandi, betul, rupanya bidadari mandi karena belum mandi tujuh hari, dia mandi bersama kawan - kawannya setelah selesai bermain voli, aku baru tahu ternyata ia juga suka kopi, tidak ada selendang, yang ada hanya dompet usang miliknya, aku lihat tidak ada uang sepeser pun di dalamnya, mungkin sudah habis untuk kredit lipstik.

Bau tanah yang ku cium, ketika berada dekat dengan bidadari ini, mungkin bidadari ini adalah istri petani, atau juga istri Presiden Costarica,  aku dengar mereka sedang  bercakap – cakap, dengan bahasa mereka yang di sebut Havana,  ternyata  kumpulan bidadari ini,  juga ikut komunitas dharma wanita sayang keluarga, namun akhirnya aku tahu,  ternyata bidadari ini adalah yang  mirip dengan yang melahirkan aku.
Bidadari kau ini siapa sih ? ahh, bila aku lihat, kau ini mirip sekali dengan Ibu.
Setelah selesai membuat sajak, sajak itupun diberikannya, semoga Ibunya senang atas hasil karya anaknya.
“Bagus sekali sajakmu nak, Ibu ingin membakarnya.” Kata Umi Embag ( Ibu Dudung )
“Bagimana tidak bagus ? ku buat itu dengan perasaan yang mendalam,  karena aku selalu teringan tentangmu Ibu”.
“Lantas, apa keinginanmu ? aku akan memberikan hadiah untuk ini”. Umi Embag kembali bertanya sambil mengeluarkan kartu ATM dan kartu pelajar
“Ibu, hanya keridoan darimu, aku ingin masuk sorga bersamamu”. Dadang menjawabnya , sambil meneteska air mata.
“Sini nak, peluk ibu seumur hidupmu, aku do’akan agar kita masuk sorga bersama – sama”.
“Baik, aku juga akan mencium telapak kaki Ibu, aku minta maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuat”.
Akhirnya Dudung menemukan sorga disana, tepat di telapak kaki Ibunya.

No comments:

Post a Comment