Boksi terlihat sibuk memakai bedak,
wajahnya yang maskulin kini nampak berbeda dari biasanya,ia juga memakai cincin
di telunjuk manis. ternyata ia melakukan semua itu di paksa oleh si Nafsi,
siapakah si Nafsi sehingga mampu memaksa Boksi ? Ya. Singkatnya Nafsi adalah
Raja di kerajaan Chili, tempat Boksi dan keluarganya tinggal.
“wahai Tuan Raja, kenapa hanya aku
yang engkau suruh untuk berdandan mirip syahrini?”. Boksi membela diri
dihadapan si Nafsi sambil berlutut dan menunduk
“Karena kau mirip dengan dia, bila
kau tidak mau, tidak apa-apa, tetapi anak dan istrimu akan aku jadikan santapan
untuk ular viperku”.
“jangan, jangan Tuan Raja. Baiklah aku
mau”.
Dayang – dayang istana sudah siap
untuk memberikan pakaian yang bling-bling kepada Boksi, ia tak mampu menahan
sedih, hatinya pilu bercampur aduk.
“Duki, antarlah Boksi ini ke salon
yang berada di Benua Africa, bawalah perbakalan yang cukup, sampaikan juga salam
untuk temanku Raja Mamba”. Perintah Nafsi kepada Duki, ia adalah tangan kanan
kepercayaan Raja.
“Baik Gusti Prabu”. Duki terlihat patuh mendengar perintah dari
Nafsi.
Di tengah perjalanan, hari sangat
panas, membuat Boksi dan Duki kehausan, kuda yang membawa mereka dalam kereta
kencana, kini tak mampu lagi berjalan
sehingga mereka terpaksa untuk berisitrahat di DPR (di bawah pohon rindang). Perjalanan mereka masih panjang, mereka baru
seperempat perjalanan. Sementara itu di rumah Boksi, ada Isrtri dan anaknya
yang sedang menunggu dan berharap agar dirinya cepat pulang, mereka rindu
sekali dengan sosok Boksi yang selalu menghibur mereka.
“Nak, do’akanlah Ayahmu, agar ia bisa
segera berkumpul lagi dengan kita”. Lunglie, ia adalah Istri dari Boksi, ia
sangat cantik, pipinya akan memerah bila sedang malu, juga sangat mirip dengan
Afiqa.
“Iya Bunda, apakah Bunda sangat
menghawatirkan Ayah, sehingga Bunda selalu berdo’a pada sepertiga malam ?”
Jawab Hudzaifah
“Tentu nak, Bunda begitu mencintai
Ayahmu”. Benar saja pipi dari Lunglie mulai memerah tandanya ia sedang malu
“atas dasar apa Bunda mencintai
Ayah?”
Lunglie tidak mampu menjawabnya,
pipinya terlihat merah merona, ia begitu malu untuk menjawabnya.
“Bunda, lihat pipimu merah, huh
pasti engkau malu mengatakannya”.
“lain kali Bunda akan cerita, sekarang Bunda begitu malu”. Lalu Lunglie memeluk
Hudzaifah, dan menyuruh duduk di pangkuannya.
Kemudian Hudzaifah mengambil secarik
kertas di dalam saku celana dan membacakan apa yang dituliskan di dalamnya.
Assalamu’alaikum wr wb.
Dear Lunglie,
Salam dan sayang selalu aku berikan
kepadamu lewat tukang sayur, semoga tukang sayur menyampaikannya.
Dua tahun sudah kita jalani peran
ini, aku pernah selingkuh, kamu pasti enggak tahu, aku tahu kamu selingkuh,
tapi itu adalah hakmu, kata-kata manismu membuat nenek diabetes, untuk kali ini saja, bisakah kita
bertemu ? meski sudah saling kenal, aku belum melihat wajah manismu secara
langsung, begitu juga kamu, belum melihat wajah manisku secara langsung. Kemarin
aku menunggu di halte, kamu enggak datang, yang datang malah angkot.
Jujur saja, aku sekarang sedang
Move On, memasrahkan dirimu untuk orang yang pantas, ku harap orang itu adalah
aku. Jangan Nakal ya, nanti aku kasih
Ulat dan Jagung Bakar lagi.
Aku buat ini dengan keadaan sadar
dan tanpa paksaan kecuali dari Hati.
Karawang, 28 April 2014 bertepatan dengan hari Libur Semut Sedunia.
Atas nama Boksi, Pangeran hitam
manismu
Tembusan Kepala sekolah anak-anak
nakal Singapore, Pak Haji.
Assalamu’alaikum.
Lunglie kaget, ia sangat malu
sekali mendengarnya, dari mana anaknya dapat surat itu, ia berfikir apakah
Ayahnya yang sengaja memberikannya, atau anaknya melihat catatan diary, ahh apa
pun itu, yang jelas anaknya kini senyum- senyum sendiri, membayangkan begitu
romantisnya surat Ayah yang ditulis kepada Bundanya.
***
No comments:
Post a Comment