Sunday 27 April 2014

Boksi Mirip Syahrini



Boksi terlihat sibuk memakai bedak, wajahnya yang maskulin kini nampak berbeda dari biasanya,ia juga memakai cincin di telunjuk manis. ternyata ia melakukan semua itu di paksa oleh si Nafsi, siapakah si Nafsi sehingga mampu memaksa Boksi ? Ya. Singkatnya Nafsi adalah Raja di kerajaan Chili, tempat Boksi dan keluarganya tinggal.
“wahai Tuan Raja, kenapa hanya aku yang engkau suruh untuk berdandan mirip syahrini?”. Boksi membela diri dihadapan si Nafsi sambil berlutut dan menunduk
“Karena kau mirip dengan dia, bila kau tidak mau, tidak apa-apa, tetapi anak dan istrimu akan aku jadikan santapan untuk ular viperku”.
“jangan, jangan Tuan Raja. Baiklah aku mau”.
Dayang – dayang istana sudah siap untuk memberikan pakaian yang bling-bling kepada Boksi, ia tak mampu menahan sedih, hatinya pilu bercampur aduk.
“Duki, antarlah Boksi ini ke salon yang berada di Benua Africa, bawalah perbakalan yang cukup, sampaikan juga salam untuk temanku Raja Mamba”. Perintah Nafsi kepada Duki, ia adalah tangan kanan kepercayaan Raja.
“Baik Gusti Prabu”.  Duki terlihat patuh mendengar perintah dari Nafsi.
Di tengah perjalanan, hari sangat panas, membuat Boksi dan Duki kehausan, kuda yang membawa mereka dalam kereta kencana, kini  tak mampu lagi berjalan sehingga mereka terpaksa untuk berisitrahat di DPR (di bawah pohon rindang).  Perjalanan mereka masih panjang, mereka baru seperempat perjalanan. Sementara itu di rumah Boksi, ada Isrtri dan anaknya yang sedang menunggu dan berharap agar dirinya cepat pulang, mereka rindu sekali dengan sosok Boksi yang selalu menghibur mereka.
“Nak, do’akanlah Ayahmu, agar ia bisa segera berkumpul lagi dengan kita”. Lunglie, ia adalah Istri dari Boksi, ia sangat cantik, pipinya akan memerah bila sedang malu, juga sangat mirip dengan Afiqa.
“Iya Bunda, apakah Bunda sangat menghawatirkan Ayah, sehingga Bunda selalu berdo’a pada sepertiga malam ?” Jawab Hudzaifah
“Tentu nak, Bunda begitu mencintai Ayahmu”. Benar saja pipi dari Lunglie mulai memerah tandanya ia sedang malu
“atas dasar apa Bunda mencintai Ayah?”
Lunglie tidak mampu menjawabnya, pipinya terlihat merah merona, ia begitu malu untuk menjawabnya.
“Bunda, lihat pipimu merah, huh pasti engkau malu mengatakannya”.
“lain kali Bunda akan cerita,  sekarang Bunda begitu malu”. Lalu Lunglie memeluk Hudzaifah, dan menyuruh duduk di pangkuannya.
Kemudian Hudzaifah mengambil secarik kertas di dalam saku celana dan membacakan apa yang dituliskan di dalamnya.
Assalamu’alaikum wr wb.
Dear Lunglie,
Salam dan sayang selalu aku berikan kepadamu lewat tukang sayur, semoga tukang sayur menyampaikannya.
Dua tahun sudah kita jalani peran ini, aku pernah selingkuh, kamu pasti enggak tahu, aku tahu kamu selingkuh, tapi itu adalah hakmu, kata-kata manismu membuat nenek  diabetes, untuk kali ini saja, bisakah kita bertemu ? meski sudah saling kenal, aku belum melihat wajah manismu secara langsung, begitu juga kamu, belum melihat wajah manisku secara langsung. Kemarin aku menunggu di halte, kamu enggak datang, yang datang malah angkot.
Jujur saja, aku sekarang sedang Move On, memasrahkan dirimu untuk orang yang pantas, ku harap orang itu adalah aku.  Jangan Nakal ya, nanti aku kasih Ulat dan Jagung Bakar lagi.
Aku buat ini dengan keadaan sadar dan tanpa paksaan kecuali dari Hati.
Karawang, 28 April 2014  bertepatan dengan hari Libur Semut Sedunia.
Atas nama Boksi, Pangeran hitam manismu
Tembusan Kepala sekolah anak-anak nakal Singapore, Pak Haji.
Assalamu’alaikum.
Lunglie kaget, ia sangat malu sekali mendengarnya, dari mana anaknya dapat surat itu, ia berfikir apakah Ayahnya yang sengaja memberikannya, atau anaknya melihat catatan diary, ahh apa pun itu, yang jelas anaknya kini senyum- senyum sendiri, membayangkan begitu romantisnya surat Ayah yang ditulis kepada Bundanya.
***



No comments:

Post a Comment