“Boka, jadi benar besok
lusa kau hendak ke sulawesi ? menemui keluargamu disana ?” Aku menengok ke arah
Boka yang sedang menatap matahari terbenam di pantai Kuta.
“Iya, aku hendak
pulang, aku rindu keluarga mas” Jawab Boka
“Secepat itukah ? Baru
saja aku berjumpa denganmu, tidak sampai 24 jam. Bila ku hitung hanya 4 jam
saja pertemuan kita.”
“Iya mas, aku tahu itu.
Tapi aku sudah membeli tiket, aku ingin memberi kejutan untuk ulang tahun
Ibuku, tanggal 21 Mei nanti.” Boka balik menengok ke arahku tetapi aku
memalingkannya
“Ya!, sejak awal aku
melihatmu, aku sudah tahu bahwa kau memang wanita baik-baik.” Aku mencoba
menenagkan diri
“Mas terlalu berlebihan
menilai ku, aku hanya wanita biasa, ini mungkin baru awal cerita, masih ada
episode-episode yang belum kita jalani.” Boka pun berusaha menenangkan diriku
“Kamu betul,
tapi...............”
“Tapi apa ?” Boka nampak
kebingungan, ia mengadah lalu kemudian menengok ke arahku
“Tapi jika aku masih
hidup, setelah ini kita tidak tahu.....” Raut wajahku mulai sayu, untuk
beberapa detik, Boka dan aku saling tatap, mungkin tatapan yang mengandung
berjuta makna.
Boka lalu memutar
badan, ia berlari dengan cepat, dan aku berusaha mengejarnya, ketika aku hendak
melangkah, dirinya tersandung dan akan terjatuh
“Boka!” Teriakanku
seolah-olah tidak ada artinya, karena kalah oleh gemuruh suara ombak di pantai
“Aaaaaaaaaaaaa.” Boka
menjerit
Belum sempat tubunya
menyentuh tanah, dari samping kanan, datang seseorang pria yang menolongnya,
memangkunya sehingga tidak sampai jatuh ke tanah, pria itu begitu sigap,
seperti tubuhnya yang begitu tegap, rambut pria itu ikal dan kulitnya kuning
langsat, bisa dikatakan pria itu adalah pria yang amat tampan.
“Hati-hati mba!.” Pria itu
berkata kepada Boka
“Maaf, terima kasih
telah menolong saya.” Mata Boka seakan-akan memberikan isyarat
“Mba tidak
kenapa-kenapa ?” Pria itu berusaha memastikan orang yang di tolongnya
“Ya, saya gak apa-apa....
aduhhhhh” Boka menjerit kecil
“Kenapa mba ?” dari
mimik wajahnya Pria itu begitu menghawatirkan Boka
“Nampaknya kaki saya
terkilir.”
Dari kejauhan aku hanya
bisa melihat pemandangan itu, aku tidak bisa menolong Boka, karena telah ada
pria yang telah menolongnya, mungkin ini petunjuk tuhan, bahwa aku memang bukan
untuknya. Aku lihat pria itu memopong Boka untuk dibawanya ke tempat yang
nyaman, sekali lagu aku hanya mampu melihatnya, dan berdo’a semoga tidak
terjadi apa-apa dengan Boka. Boka, gadis dari sulawesi yang begitu tegar dan
selalu ceria, selalu ingin berbagi kepada sesama, tidak berlebihan bila aku
panggil dia sebagai mutiara dari Sulawesi.
Ayah, aku masih ingat
kata-katamu, ternyata memang benar.
“Cinta kepada
seseorang adalah urusan perasaan, jika engkau ingin mendapatkannya, segera
menjadi urusan pemikiran dan Cinta lebih mudah dirasakan daripada harus
dimengerti, itulah mungkin mengapa lebih butuh balasan daripada alasan.”
***
No comments:
Post a Comment