Sunday 4 May 2014

Mutiara dari Sulawesi



“Boka, jadi benar besok lusa kau hendak ke sulawesi ? menemui keluargamu disana ?” Aku menengok ke arah Boka yang sedang menatap matahari terbenam di pantai Kuta.
“Iya, aku hendak pulang, aku rindu keluarga mas” Jawab Boka
“Secepat itukah ? Baru saja aku berjumpa denganmu, tidak sampai 24 jam. Bila ku hitung hanya 4 jam saja pertemuan kita.”
“Iya mas, aku tahu itu. Tapi aku sudah membeli tiket, aku ingin memberi kejutan untuk ulang tahun Ibuku, tanggal 21 Mei nanti.” Boka balik menengok ke arahku tetapi aku memalingkannya
“Ya!, sejak awal aku melihatmu, aku sudah tahu bahwa kau memang wanita baik-baik.” Aku mencoba menenagkan diri
“Mas terlalu berlebihan menilai ku, aku hanya wanita biasa, ini mungkin baru awal cerita, masih ada episode-episode yang belum kita jalani.” Boka pun berusaha menenangkan diriku
“Kamu betul, tapi...............”
“Tapi apa ?” Boka nampak kebingungan, ia mengadah lalu kemudian menengok ke arahku
“Tapi jika aku masih hidup, setelah ini kita tidak tahu.....” Raut wajahku mulai sayu, untuk beberapa detik, Boka dan aku saling tatap, mungkin tatapan yang mengandung berjuta makna.

Boka lalu memutar badan, ia berlari dengan cepat, dan aku berusaha mengejarnya, ketika aku hendak melangkah, dirinya tersandung dan akan terjatuh
“Boka!” Teriakanku seolah-olah tidak ada artinya, karena kalah oleh gemuruh suara ombak di pantai
“Aaaaaaaaaaaaa.” Boka menjerit
Belum sempat tubunya menyentuh tanah, dari samping kanan, datang seseorang pria yang menolongnya, memangkunya sehingga tidak sampai jatuh ke tanah, pria itu begitu sigap, seperti tubuhnya yang begitu tegap, rambut pria itu ikal dan kulitnya kuning langsat, bisa dikatakan pria itu adalah pria yang amat tampan.
“Hati-hati mba!.” Pria itu berkata kepada Boka
“Maaf, terima kasih telah menolong saya.” Mata Boka seakan-akan memberikan isyarat
“Mba tidak kenapa-kenapa ?” Pria itu berusaha memastikan orang yang di tolongnya
“Ya, saya gak apa-apa.... aduhhhhh” Boka menjerit kecil
“Kenapa mba ?” dari mimik wajahnya Pria itu begitu menghawatirkan Boka
“Nampaknya kaki saya terkilir.”
Dari kejauhan aku hanya bisa melihat pemandangan itu, aku tidak bisa menolong Boka, karena telah ada pria yang telah menolongnya, mungkin ini petunjuk tuhan, bahwa aku memang bukan untuknya. Aku lihat pria itu memopong Boka untuk dibawanya ke tempat yang nyaman, sekali lagu aku hanya mampu melihatnya, dan berdo’a semoga tidak terjadi apa-apa dengan Boka. Boka, gadis dari sulawesi yang begitu tegar dan selalu ceria, selalu ingin berbagi kepada sesama, tidak berlebihan bila aku panggil dia sebagai mutiara dari Sulawesi.
Ayah, aku masih ingat kata-katamu, ternyata memang benar.
Cinta kepada seseorang adalah urusan perasaan, jika engkau ingin mendapatkannya, segera menjadi urusan pemikiran dan Cinta lebih mudah dirasakan daripada harus dimengerti, itulah mungkin mengapa lebih butuh balasan daripada alasan.”
***


No comments:

Post a Comment