Monday 5 May 2014

Metta in Memorial



Hujan, kenapa orang takut dengan hujan ? mungkin karena hujan datangnya keroyokan. Bulan Febuari adalah puncaknya musim hujan, hampir setiap sore langit akan menurunkan air, sayangnya banyak orang yang menyalahkan hujan, karena hujan katanya penyebab banjir, bukan ! hujan adalah Rahmat, dan banjir karena kelalaian mereka sendiri. Ya, bukan banjir saja yang akan membuat kenangan tersendiri, hujan juga. Anehnya hampir setiap orang memiliki kenangan tersendiri ketika hujan, seolah-olah hujan mampu memutar kembali kenangan  di masa lalu.
Apa yang kau lakukan ketika hujan ?
Apakah kau hanya diam menunggu ? menunggu seseorang yang tak kunjung datang.
Atau kau malah larut hujan-hujanan ? berharap agar orang lain tidak tahu bahwa kau sedang menangis bersama hujan.
***
“Deal, nanti lusa saya kesini lagi bang.” Sambil bersalaman saya menatap bang Yadi
“Oke, saya tunggu, tapi jangan terlalu sore kesini.” Bang Yadi ikut menggoyangkan tangan
“Kalau gitu, saya langsung pamit, mumpung hujannya agak reda.”
“Ya, hati-hati di jalan.”
Karawang 1 Febuari 2010, aku akan pulang, setelah sebelumnya, selesai berbisnis dengan kakak kelas satu SMA tetapi berbeda 5 angkatan. Pada waktu itu sore hari, matahari sedikit lagi terbenam juga sedang hujan rintik-rintik.
“Allah hu Akbar, Allah hu Akbar.”
Suara adzan terdengar dari banyak arah, memanggil-manggil agar aku segera mencari masjid. Aku beruntung, tidak jauh di depan gang sana, ada sebuah masjid. Jadi sekaligus berteduh dan menunaikan sholat magrib berjamaah.
Selesai sholat, aku melihat kakek renta yang sedang berjaga di parkiran, aku melihat sepeda ontel usang yang terus di pandangnya, mungkin sepeda itu adalah sepeda miliknya, sepeda yang karatan, dan joknya di isi oleh plastik-plastik bekas minuman, berbeda dengan motorku yang begitu mengkilap. Tanganku tergerak untuk menyentuh sepeda ontel itu, ternyata banyak oli di batang sepeda tersebut dan juga tanah sehingga tanganku menjadi kotor, lantas aku ke tempat wudhu untuk mencuci tangan.
“Oppa Malik ?”
“Maaf anda siapa.?” Aku mengerutkan alis, mencoba mengenali orang yang menyapaku
“Ini aku Metta, yang dulu waktu SMA kamu panggil gembul.”Gadis itu berusaha menyakinkanku, aku berharap dia bukan alien yang sedang menyamar sebagai temanku yang bernama Metta
“Benarkah..... ? Oh ya, aku ingat sekarang, kita pernah satu kelas kan ? juga pernah ikut olimpiade Biologi bareng.
“Ya, hahaha. Habis dari mana Opp ?
“Bisnis, dari SMA dulu kan aku suka bisnis, kok kamu beda banget ?  tidak gembul lagi, nampak lebih tua, udah cocok menjadi ibu, tapi masih cantik he he he.” Aku meledek Gadis itu, ya namanya Metta, dia teman SMAku dulu, dan sekarangpun temanku, karena sampai kapanpun akan menjadi temanku.
“Ihh, sekarang bisnis apa lagi ? dari dulu emang Oppa jago bisnis, dulu aja waktu SMA jual nasi uduk.”
“Ihh malu, kan itu dulu, tapi kali ini lebih menjanjikan, aku bisnis beternak kecebong he he he, kau sendiri sedang apa di sini ? kau jadi marbot masjid ini ya ? he he he.” Aku terus meledek Metta
“Dihaha, Oppa kau tidak berubah ya, masih suka bercanda.” Metta cekikikan
“Aku tidak berubah, selalu manis seperti yang dulu he he he. Aku bukan lelaki labil, yang gampang berubah kata-katanya, setidaknya ucapanku harus sejalan dengan sikapku.”
“Aku kerja di Mall itu, Oppa tidak kah kau rindu dengan teman-teman SMA dulu.?” Metta sambil menunjuk gedung besar, itu adalah gedung pusat perbelanjaan.
“Sangat rindu, aku rindu PR, rindu ulangan, pokoknya rindu tentang semua yang ada disana, juga rindu makan seblak.”
“ohh, bisakah kita bertemu mereka untuk sekali lagi ?” Metta tertunduk, nampaknya ia begitu mengharapkan waktu di putar kembali
“He he he bisa ! jangankan sekali, seratus kali juga bisa.” Dengan nada bercanda aku coba menenangkannya
“Tapi..... semua sudah berpisah, Upik sekarang di Padang, Oppa sibuk bisnis, dan begitu dengan yang lain.” Nada suaranya semakin pelan, dan raut wajahnya mulai layu
“Tetap tenang, kita tidak tahu skenario sang Pengcipta, Allah paling ingin membahagiakan kita, bukankah kita bertemu di sini, tanpa ada rencana ? sangat mudah bagi Allah untuk mengaturnya. Biarlah rindu itu terus tumbuh, jangan kau membunuhnya, tapi bisa kau alihkan dengan hal positif yang kau tunjukan untuk teman-temanmu itu.” Aku menceramahi Metta denga lembut.
“terus aku harus bagaimana Oppa ?” Metta berontak, nada suaranya kini agak keras, dia menatapku
“Kamu harus bernafas, karena dengan itu rindu akan bisa tersampaikan.”
“Hmmm, semoga Allah memberikan kita waktu, untuk merasakan itu.”
“Ya, jika kamu sudah paham, aku pulang duluan, takut Umi mencariku nanti he he he.” Aku pergi mengambil motor
“he he he, iya.” Metta membalasnya
“Assalamu’alaikum wr wb.”
“Waalaikumussalam wr wb.”
Sekali lagi aku teringat kata-kata Ayah.
Rindu adalah cara yang baik untuk membuat yang dirindu makin menjadi memesona dan Tenang saja, perpisahan tak menyedihkan, yang menyedihkan adalah, bila habis itu saling lupa.”



No comments:

Post a Comment