Wednesday 28 May 2014

Aku, Masha, dan Digna Tock

2 Tahun lalu aku dan Masha berkunjung ke amsterdam tepatnya daerah sukamanah, kebetulan Masha mengajakku kepada sahabat kecilnya disana, setelah itu kami di sambut oleh Van Sawyer di bandara, dia adalah si empunya rumah, kami di sambut dengan hangat dalam dinginnya hawa di sana, padahal matahari di sana juga satu, seperti yang ada di Indonesia, ya Indonesia tempat lahir beta.

"Assalamu'alaikum pak Haji."

aku kaget dengan sapaan itu, aku menengok Masha yang malah tertawa, tangannya mencoba menutupi mulutnya yang tertawa, aku menepuk pundak Masya dan tersenyum.

"Waalaikumussalam, Sir di Belanda aya tukang lotek ?"
"Muhun aya, arek sabaraha hiji jeung di sanguan moal ?"

Untuk kedua kalinya aku terkaget-kaget, betapa fasihnya bule ini berbahasa Indonesia juga Sunda, dari perawakannya, nampaknya ia peranakan Indonesia-Belanda, Masha terus tertawa, kali ini tangannya memegangi perut, mungkin mual perjalanan atau karena tertawanya.

"Kak, perkenalkan ini Van Sawyer, dia dulu di Bandung, sekarang kembali lagi ke Belanda, dia kembali karena menjadi dosen Bahasa Indonesia di sini."

Pantas saja ia mampu berbahasa Indonesia dan Sunda dengan fasih, jadi itu rahasianya, pikirku dalam hati.

"Dan itu Digna adiknya, umurnya tidak jauh beda dengan kakak, karena ia sahabatku." Masha sambil menunjuk wanita yang sedang berada dalam mobil
"Van Sawyer, aku kagum denganmu, kapan-kapan nanti ajarin aku bahasa belanda."
"Dengan senang hati, pak haji." Van Sawyer lalu melempar senyum
"Ah tidak, panggil saja aku Boksi Van Helsing, dan itu adikmu akan jadi nyonya Van Helsing he ?." aku tertawa dan semua pun tertawa

Dalam batin aku berkata, inikah yang di sebut Ukhuwah ? peduli sesama melebihi batas teritorial, ya Van Sawyer telah masuk islam, beserta keluarga besarnya.

No comments:

Post a Comment