Bulan Desember, adalah
awal musim dingin, sudah dua tahun lamanya aku berpisah dengan Masya, aku di
Jepang dan Masya di Belanda, bila satu minggu adalah tujuh hari, maka diantara
tujuh hari itu, tidak pernah aku melupakan tentang dirinya, aku begitu
merindukan Masya, entah kenapa, sampai hari ini, sampai aku tulis ini.
Aku selalu ingat
pertemuan pertama kali dengan Masya, pertemuan tanpa di rencanakan, saat itu
aku sedang bermain tenis meja, tanpa sengaja aku melihat Masya, dan Masya pun
melihatku, hingga akhirnya kita saling melempar senyum. Sejak saat itu, aku
tidak pernah bertemu lagi dengannya, hanya sms singkat untuk kami berkomunikasi,
hanya dengan kata kami saling percaya, bahwa menjaga dengan menjaga komitmen
semua akan baik-baik saja.
4 Tahun lagi, aku harus
menunggu untuk bertemu dengan Masya, karena Masya berjanji akan bertemu di
bulan Febuari 2017,Ya di Halte Sekolah, tempat yang sederhana namun begitu
banyak makna, bagi aku dan Masya, dulu tempat itu adalah tempat menunggu,
tetapi seolah Tuhan belum membolehkan, ada saja diantara kita yang tidak datang
setiap kali janji disana, Masya lah yang paling banyak menunggu, namun aku pada
waktu itu selalu menolak untuk datang, hingga aku yang menunggu, Masya pun
kunjung datang, dan akhirnya kami memutuskan jalan masing-masing.
“Masya ? Masya ? jangan
nakal di sana, di sini aku juga tidak, Masya ? jangan lupa pertemuan kita
nanti, Febuari 2017, kabari aku, bila kau sudah menikah dengan temanku yang
bernama Rifqi , yang selalu kau banggakan kepada orang tuamu, Masya.”
No comments:
Post a Comment