Monday 14 July 2014

Capung Pergi Tanpa Pamit


Ketika capung hendak meminta maaf kepada kupu-kupu, kupu-kupu itu malah menghindar seolah-olah tak mau mengakui kesalahannya, tetapi kupu-kupu itu masih saja seperti yang dulu yang tak ingin dirinya disalahkan, begitu juga yang dikatakan oleh ibunya kepada si capung, bahwa harus selalu mengalah kepada putrinya, tetapi capung tidak mengiyakannya dia tetap pada pendiriannya yaitu bersikap tegas dan berusaha untuk adil seadil-adilnya.
“Capung, maaf nak kini putriku sudah tidak tertarik lagi padamu, sebenarnya sudah sejak dulu dia tertarik kepada yang lain, dan kepadamu itu hanya sementara saja.”  ucap ibu dari kupu-kupu yang di temui capung di rumahnya
“Jadi begitu, baiklah untuk itu bolehkah saya menemui dia dan berucap beberapa patah kata untuk yang terakhir kalinya?” jawab capung yang masih menunjukan sikap tenang
“Nak, kenapa engkau bilang untuk terakhir kalinya? “
“Karena aku akan pergi, tak akan mengganggunya lagi, itu yang aku mau, biarlah kasih tulusku dibalasnya dengan nista.”
“Tak boleh lah seperti itu, kau memutuskan tali persaudaraan yang sudah terjalin.”
“Bukan aku yang memulai ini, aku coba mengikuti keinginannya, sebetulnya memang itu maunya. Maaf aku tak punya banyak waktu, aku pamit.” tanpa menunggu balasan dari ibu kupu-kupu itu, capung terbang dan pergi menghilang.
Sejak saat itu capung terus menghibur diri atau mempersibuk dirinya agar tak teringat dengan kupu-kupu yang telah menghianatinya.

No comments:

Post a Comment