Pernah sekali aku pergi
ketempat dimana kedamaian aku cari, menelusuri bukit, jejak kaki, sungai,
pabrik industri sampai pesawahan, dengan menaiki kuda besi kemudian aku berhenti
pada suatu tempat di samping perusahaan minyak Pertamina. Suasana harmoni dan
angin menyelimuti keaadan saat itu di tambah gemercik air melupakanku pada kehidupan
dunia yang penuh dengan emosi, mata ini memandang jauh ke depan mengarah kepada
sawah yang berwarna hijau, entah milik siapa. Setelah itu aku berbalik arah dan
melihat seorang pria tua yang memegangi pecut menatap ke arah kambing-kambing,
mungkin kambing itu miliknya atau milik tetangganya yang dititipkan untuk
kemudian di bagi hasil. Sungguh pakaian amat jauh dari kemewahan, memakai topi
dari anyaman bambu juga sepatu bekas yang nampak tak layak pakai, penampilannya
sangat tidak mencerminkan dengan raut wajahnya yang terlihat penuh senyum, penuh
dengan tawa juga canda. Karena alasan itulah aku menyuruh temanku untuk
menghampiri pria tua tersebut agar memberikannya sedikit hadiah, dan pria tua
itu menerimanya dengan penuh hormat. Kemudian mereka berbincang-bincang dan aku
hanya bisa mengawasi dari kejauhan saja serta melihat mereka saling melempar
senyum, setelah itu pria itu jalan di depanku dan meminta izin untuk pulang
lebih dulu maka akupun meng-iya-kannya.
Tak lama setelah pria itu pergi aku yang penasaran menanyakan kepada temanku
perbincangan apa yang telah terjadi tadi, aku tidak bisa menahan tawa ketika
ternyata pria tua itu sebenarnya ingin memberi kode kepada temanku, bahwa
dirinya punya dua orang anak dan semuanya perempuan, bila temanku mau mungkin
pria tua itu sudah menerima temanku sebagai calon menantunya. Dan salah satu
nama anak peremuan dari pria itu adalah Sumi. Aku sejenak tertarik dengan nama
itu, apakah dia keturunan orang Jepang? Ah, bagiku yang penting setia, percaya, dan
sholehah itu sudah cukup mewakili rupa serta keturunan, karena itu awetnya
cinta adanya kesetiaan.
No comments:
Post a Comment