Ketika capung hendak
meminta maaf kepada kupu-kupu, kupu-kupu itu malah menghindar seolah-olah tak
mau mengakui kesalahannya, tetapi kupu-kupu itu masih saja seperti yang dulu
yang tak ingin dirinya disalahkan, begitu juga yang dikatakan oleh ibunya
kepada si capung, bahwa harus selalu mengalah kepada putrinya, tetapi capung
tidak mengiyakannya dia tetap pada pendiriannya yaitu bersikap tegas dan
berusaha untuk adil seadil-adilnya.
“Capung, maaf nak kini
putriku sudah tidak tertarik lagi padamu, sebenarnya sudah sejak dulu dia
tertarik kepada yang lain, dan kepadamu itu hanya sementara saja.” ucap ibu dari kupu-kupu yang di temui capung
di rumahnya
“Jadi begitu, baiklah
untuk itu bolehkah saya menemui dia dan berucap beberapa patah kata untuk yang
terakhir kalinya?” jawab capung yang masih menunjukan sikap tenang
“Nak, kenapa engkau
bilang untuk terakhir kalinya? “
“Karena aku akan pergi,
tak akan mengganggunya lagi, itu yang aku mau, biarlah kasih tulusku dibalasnya
dengan nista.”
“Tak boleh lah seperti
itu, kau memutuskan tali persaudaraan yang sudah terjalin.”
“Bukan aku yang memulai
ini, aku coba mengikuti keinginannya, sebetulnya memang itu maunya. Maaf aku
tak punya banyak waktu, aku pamit.” tanpa menunggu balasan dari ibu kupu-kupu
itu, capung terbang dan pergi menghilang.
Sejak saat itu capung
terus menghibur diri atau mempersibuk dirinya agar tak teringat dengan
kupu-kupu yang telah menghianatinya.